Jumat, 13 Februari 2015
jaipong
Sejarah Kebudayaan Tari Jaipong
Tari Jaipong adalah seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Beliau terinspirasi pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan atau Bajidoran atau Ketuk Tilu. Sehingga ia dapat mengembangkan tarian atau kesenian yang kini di kenal dengan nama Jaipongan.
Tari Jaipong yang pertama dikenal oleh masyarakat adalah tarian yang bernama “ Daun pulus keser bojong” dan juga rending bojjong yang sangat dikenal oleh masyarakat. Awal kehadiran tarian tersebut dinilai masyarakat sebagai suatu tarian yang terlalu vulgar dan tidak pantas untuk dipertunjukkan kepada masyarakat umum, dan tarian ini juga menuai banyak pro dan kontra dari media – media elektronik seperti radio, surat kabar, dan televisi.
namun pada perkembangannya tarian jaipong ini menawarkan perpaduan dengan gaya yang lain. Yang sekarang dikenal dengan nama kaleran yang memiliki pola ibing, pada tarian ini ditarikan dengan sangat spontan, ceria dan bersemangat. Tarian ini sangat berbeda dengan tarian yang biasanya dilakukan dengan gerakan erotis dan vulgar, pada tarian ini busana yang digunakan juga lebih tertutup dan sopan jika dibandingkan dengan tarian daun pulus keser bojong dan juga tarian rending bojong.
CIRI KHAS JAIPONG
Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas dan kesederhanaan (alami/apa adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian taxi pada pertunjukkannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada Seni jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya Kaleran, terutama di daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini sebagai berikut : 1) Tatalu ; 2) Kembang Gadung 3) Buah Kawung Gopar ; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinde Tatandakan (seorang Sinden tetapi tidak menyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih); 5) Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukkan ketika para penonton (Bajidor) sawer uang (Jabanan) sambil salam temple. Istilah Jeblokan diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).
Perkembangan selanjutnya dari Jaipongan terjadi pada tahun 1980-1990-an, dimana Gugum Gumbira menciptakan tari lainnya seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul Man gut, Iring-firing Daun Puring, Rawayan dan Tari Kawung Anten. Dari taritarian tersebut muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepi, Agah, Aa Suryabrata dan Asep Safaat.
Langganan:
Postingan (Atom)